Robot di Indonesia, ingin maju namun tak mampu

Kita semua pasti tau robot kan, ya robot yang dulu 10 tahun yang lalu pernah menjadi bayangan kita untuk menciptakannya. Namun saat ini, robot bukan lagi hal yang mustahil, karena banyak robot-robot buatan dalam negeri (anak bangsa) mampu meraih award saat mengikuti kompetisi robot melawan wakil-wakil negara lainnya.

Saat ini dunia industri berani mengakomodir masuknya ilmu robotika di sekolah-sekolah Indonesia. Namun sayangnya, robot ataupun hampir semua komponennya belum bisa ditunjang oleh industri lokal. Selain itu adanya persepsi negatif dari pihak sekolah terhadap masuknya ilmu robotika di lingkungan belajar mengajar. Ada yang beranggapan sebagai mainan belaka.


Seperti yang diungkapkan oleh Welry Lesmana (Direktur Robotic Explorer, salah satu perusahaan penyedia robot edukasi) dalam detikInet. Beliau mengatakan saat pertama kalinya terdengar gaung robot pada tahun 2005, saat itu memasukkan robot ke sekolah susah, untuk di sekitar kantor masih lebih baik karena robot merupakan hal yang baru sehingga banyak orang yang mau coba. Tapi di beberapa sekolah malah hanya dianggap mainan.


Di sisi lain, berminatnya beberapa orang terhadap robot sendiri tidak didukung oleh kemampuannegeri kita mensuplai komponen-komponen robot itu sendiri, sehingga lebih banyak komponen tersebut harus diimpor dahulu. Ardhi Suryadhi dalam detikInet memberitakan bahwa kita harus mengimpor sendiri komponennya mulai dari transistor, komponen mekanik hingga 'otak' dari robot itu sendiri ke negara-negara lain seperti Singapura, Taiwan, Amerika Serikat hingga Jerman.


Hal ini tentu menjadi kendala besar mengingat minat daripada mahasiswa-mahasiswa yang berkecimpung di bidang ini sangat antusias untuk menciptakan karya robotik mereka dan ditandingkan melawan negara lain. Sehingga, sangat diharapkan peran lebih dari pihak yang berkompeten dalam mewadahi minat dan antusiasme anak-anak bangsa kita menuju Indonesia yang mampu bersaing di bidang teknologi.