Friday 24 October 2008

Apa yang Kau Terima adalah Apa yang Kau Beri

Setelah mendapat kabar dari teman orang tuaku mengenai keadaan putrinya yang harus mengalami operasi setelah divonis menderita tumor otak, maka berbagai macam pertanyaan berkecamuk di hati saya. Karena hampir selama ini, yang aku tahu putrinya tersebut tidak pernah mengalami gejala apapun, sehingga aku berpikir apakah ada yang salah dengan otaknya? Apa sebenarnya penyebab kanker otak sih (Sewaktu nulis ini, sambil browsing cari info juga tentang kanker otak lho, hehehe…), apa karena selama ini ia belajar terlalu keras dan terforsir sehingga sampai membuat penyakit ini menghampirinya (mengingat ia sedang kuliah di Universitas Favorit di Kota Pelajar, maka pastinya usahanya tak semudah masuk Universitas Biasa).

Namun terlepas dari kesemuanya, mungkin orang lain tak akan menduga bahwa kadang sesuatu yang akan kita terima bukan semata-mata hasil perbuatan kita juga. Kenapa seperti itu?. Analisa pertama sih tentu saja aku melihat dari factor yang nggak jauh-jauh, yakni perbuatan alias tingkah laku. Tapi hampir selama ini aku tak tahu perilakunya dong, karena ia berbeda 2 tahun dariku. Yang aku tahu banyak yakni perilaku dan sifat bapaknya sendiri, yakni teman Ayahku itu. Memang sih kita tak boleh menghakimi orang seenak udel kita, dengan mengatakan semua itu adalah karma. Tapi, ini Indonesia gitu lhoh (hehehe…), negara yang masih menganut paham karma dan yang lain sebagainya yang berhubungan dengan hal tersebut, terutama aku (setidaknya membuat aku makin berhati-hati buat ngapa-ngapain). Tentu saja semua tidak terlepas dari pengamatan atas sesuatu hal dengan mencari faktor penyebab masalah tersebut.

Ternyata dari semua yang pernah aku tahu, bahwa orang tua si anak tersebut memiliki perilaku dan sifat yang sangat tidak baik entah kepada lingkungan sekitarnya maupun rekan kerja kantornya sendiri. Diantaranya sering meremehkan orang lain, selalu menganggap ia lebih hebat disbanding yang lainnya, sering memakai uang kantor terlalu berlebihan untuk kepentingannya sendiri, dan masih banyak juga yang lain. Dan ternyata semua orang mengatakan sama, tak ada satupun yang menaruh simpatik terhadapnya, jikapun dia dipilih menjadi pemimpin tertentu, itu juga karena factor dari dia sendiri yang merasa lebih hebat dari yang lainnya. Sebagai pihak yang tidak tahu apa-apa tentu saja aku hanya menganggapnya sebagi manusia biasa yang aibnya tak usah dibesar-besarkan karena pasti toh dia akan menyadarinya sendiri. Apalagi mengingat dia termasuk ulama di kampung yang terkenal dan sering ke mekah juga sih.

Dari sini aku tak ingin menduga macam-macam sih, aku hanya mendapat pelajaran bahwa ketika kita mengeluarkan ataupun memberi sesuatu entah itu baik ataupun buruk dan sekecil apapun itu, semua akan mendapat kembalian dari NYA yang setara dengan yang kita keluarkan tadi. Walaupun imbalan tersebut bukan langsung dari orang yang kita beri, namun kekuatan Sang Pemberi Kehidupan untuk membalasnya tidak mampu tertandingi oleh apapun.Sehingga ini bisa jadi pelajaran yang berharga banget buat aku untuk menjalani hidup kedepannya nanti.

No comments:

Post a Comment